Rabu, 24 November 2010

jenis dan macam-macam pantun

Pantun Budi
1.
Bunga cina diatas batu
Daunnya lepas kedalam ruang
Adat budaya tidak berlaku
Sebabnya emas budi terbuang
2.
Diantara padi dengan selasih
Yang mana satu tuan luruhkan
Diantara budi dengan kasih
Yang mana satu tuan turutkan
3.
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Pantun Jenaka
1.
Dimana kuang hendak bertelur
Diatas lata dirongga batu
Dimana tuan hendak tidur
Diatas dada dirongga susu
2.
Elok berjalan kota tua
Kiri kanan berbatang sepat
Elok berbini orang tua
Perut kenyang ajaran dapat
3.
Sakit kaki ditikam jeruju
Jeruju ada didalam paya
Sakit hati memandang susu
Susu ada dalam kebaya
Pantun Kepahlawanan
1.
Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misai tahu takut
Kamipun muda lagi perkasa
2.
Hang Jebat Hang Kesturi
Budak-budak raja Melaka
Jika hendak jangan dicuri
Mari kita bertentang mata
3.
Kalau orang menjaring ungka
Rebung seiris akan pengukusnya
Kalau arang tercorong kemuka
Ujung keris akan penghapusnya
Pantun Kias
1.
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam digunung ikan dilaut
Dalam belanga bertemu juga
2.
Berburu kepadang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi
3.
Anak Madras menggetah punai
Punai terbang mengirap bulu
Berapa deras arus sungai
Ditolak pasang balik kehulu
Pantun Nasihat
1.
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
2.
Kemuning ditengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
3.
Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
Pantun Percintaan
1.
Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta
2.
Limau purut lebat dipangkal
Sayang selasih condong uratnya
Angin ribut dapat ditangkal
Hati yang kasih apa obatnya
3.
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang

Pantun Perpisahan
1.
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak tangan
Biar jauh dinegeri satu
Hilang dimata dihati jangan
2.
Bagaimana tidak dikenang
Pucuknya pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak terkenang
Dagang yang jauh kekasih hati
3.
Duhai selasih janganlah tinggi
Kalaupun tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Kalaupun pergi bertahun jangan
Pantun Teka-teki
1.
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung ?
2.
Beras ladang sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi
3.
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala dibawah ?

Pengertian Paragraf Induktif dan deduktif

Sesuai dengan namanya, induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Yaitu kuncinya "dari yang khusus menuju yang umum. Bila diuraikan, jangan terpatok pada gaya definisi seseorang, coba uraikan sendiri definisi paragraf induktif dengan kata kunci "dari khusus ke umum" tadi. Atau kalau memang malas menguraikan, mari lihat definisi berikut;
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.
Masih kurang puas dengan definisi tersebut? Baiklah karena definisi yang baik disertai dengan batasan dan ciri-cirinya. Kita uraikan ciri-cirinya. Ciri-ciri paragraf induktif dapat diketahui dengan melihat atau membuat sebuah paragraf. Apabila dalam paragraf itu mula-mula menyebutkan peristiwa khusus dan diakhiri dengan kesimpulan berdasar peristiwa khusus tersebut, maka bisa dipastikan anda sedang membaca atau membuat paragraf induktif.
Ingin paragraf diatas dibuat terpisah dalam bentuk item ciri-ciri, agar lebih mudah difahami? Oke, berikut ciri-ciri paragrad induktif dalam bentuk list:

Ciri-ciri Paragraf Induktif
• Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
• Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
• Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
• Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
• Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
• Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
• Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
Perbedaan Kalimat Deduktif dan Kalimat Induktif

a. Kalimat deduktif adalah pernyataan yang dimiliki dengan mengemukakan hal yang umum kemudian disusun dengan uraian yang khusus. Gagasan utama terdapat pada awal kalimat.
Cirri-ciri kalimat deduktif adalah kalimat bias berupa pendapat, pengadaan, atau definisi, letaknnya diawal paragraph. Contohnya, Masjid Alhambia di Spanyol termashur ke penjuru dunia karena keindahan arsitekturnya.

b. Kalimat induktif adalah kalimat yang dimulai mengemukakan hal-hal yang khusus kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang umum. Gagasan utama terletak pada akhir kalimat.
Cirri-ciri kalimat induktif adalah bisa berupa pendapat, pernyataan, definisi dan kesimpulan letaknya diakhir paragraph. Contohnya, karena kecintaannya kepada desa kelahirannya maka ia membangun masjid dan jembatan di kampungnya

Komposisi dan Contoh Bahasan Kalimat

Komposisi kalimat atau disebut juga sebagai perpaduan kalimat yaitu suatu penggabungan dua kata atau lebih dalam membentuk kata. Komposisi juga diartikan sebagai bentuk pengungkapan gagasan berupa tulisan yang tercermin dalam susunan beberapa kalimat. Sebuah komposisi dapat terbentuk berupa rangkaian kalimat.

Sebuah paragraf bisa dikatakan sebagai bagian dari suatu komposisi, karena sebuah paragraph memiliki suatu kesatuan yang terdiri atas beberapa kalimat yang saling berkaitan, maka kelompok paragraf yang saling berkaitan disebut dengan komposisi.

Sekelompok komposisi yang saling berkaitan dan berpaduan, dengan demikian membentuk bab-bab yang akhirnya tersusun menjadi buku. Buku tersebut yang merupakan unit paling besar dalam komposisi kalimat. Buku diciptakan dari beberapa pemikiran sehingga lebih rumit dibanding masing-masing bab yang ada di dalamnya. Tiap bab lebih rumit dan luas dibanding tiap paragraf yang membentuknya. Paragraf biasanya lebih pendek, kalah rumit isinya dengan bab, dan yang diekspresikan dalam paragraf tentunya juga lebih sedikit dibanding yang ada dalam unit yang lebih besar seperti bab-bab suatu komposisi atau buku. Oleh sebab itu, tidaklah mudah mengartikan sebuah pemikiran dengan hanya membaca sebuah kata dan kalimat. Lebih mudah mengartikan sebuah pemikiran kalau kita sudah membaca sebuah buku atau paling sedikit sebuah paragraf atau bab.

Ciri-ciri umum yang terdapat pada jenis komposisi, seperti pidato, makalah, skripsi, dan surat dinas. Komposisi yang baik selalu bercirikan kepaduan. Kepaduan itu terbentuk oleh adanya kesatuan dan pertautan. Kesatuan itu berkenaan dengan pokok masalah, sedangkan pertautan itu berkenaan dengan hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain yang berupa kalimat, paragraf, pasal, atau bab bagian yang berupa bab lazim terdapat di dalam sebuah paragraf maupun pada seluruh naskah. Untuk menjamin adanya kesatuan dan pertautan dalam satu komposisi hendaknya termuat hanya satu gagasan pokok yang sesuai dengan jenjangnya dan gagasan pokok itu kemudian dikembangkan.

Di dalam naskah yang terdiri atas beberapa paragraf gagasan pokok itu dapat termuat dalam sebuah paragraf yang disebut paragraf pokok dan dikembangkan dengan paragraf pengembang. Di dalam sebuah paragraf, gagasan pokok itu dapat diwujudkan dalam sebuah kalimat yang disebut kalimat pokok. Gagasan itu dikembangkan dengan kalimat-kalimat lain yang disebut kalimat pengembang sehingga membentuk paragraf karena, baik di dalam setiap paragraf maupun di dalam naskah, seutuhnya terdapat proses pengembangan atas satu gagasan pokok sehingga terbentuklah pertautan antara kalimat/paragraf pokok dan kalimat/paragraf pengembang, serta antara kalimat/paragraf pengembang yang satu dan kalimat/paragraf pengembang yang lain.

Ejaan Baku Dan Ejaan Tidak Baku Dalam Bahasa Indonesia - Pengertian, Referensi Dan Contoh

Ejaan Baku Dan Ejaan Tidak Baku Dalam Bahasa Indonesia - Pengertian, Referensi Dan Contoh

Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin sah-sah saja bagi umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis ilmiah.
Sebenarnya apa sih definisi atau pengertian ejaan baku dan ejaan tidak baku? Ejaan baku adalah adalah ejaan yang benar, sedangkan ejaan tidak baku adalah ejaan yang tidak benar atau ejaan salah.
Bagaimana untuk mengetahui bahwa kata pada kalimat yang kita tulis tidak menyalahi aturan ejaan baku dan ejaan tidak baku? Cukup dengan membuka buku kamus bahasa indonesia yang terkenal baik yang dikarang oleh yang baik pula sebagai referensi. Contoh Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku, di mana yang sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul :
- apotik : apotek
- atlit : atlet
- azas : asas
- azasi : asasi
- bis : bus
- do'a : doa
- duren : durian
- gubug : gubuk
- hadist : hadis
- ijin : izin
- imajinasi : imaginasi
- insyaf : insaf
- jaman : zaman
- kalo : kalau
- karir : karier
- kongkrit : konkret
- nomer : nomor
- obyek : objek
- ramadhan : ramadan
- rame : ramai
- rapor : rapot
- sentausa : sentosa
- trotoar : trotoir
Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan / eyd :
- kreatifitas : kreativitas
- kreativ : kreatif
- aktifitas : aktivitas
- aktiv : aktif
- sportifitas : sportivitas
- sportiv : sportif
- produktifitas : produktivitas
- produktiv : produktif
Kalimat Tidak Baku dan Kalimat Baku
1. Kalimat Tidak Baku
1. Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
2. Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
3. Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B.
6. Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
Kalimat Baku
1. Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
2. Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
3. Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.
6. Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
[] Ragam Tidak Baku dan Ragam Baku
1. Ragam Tidak Baku (a)
Ragam Baku (b)
1.
1. a. Bilang dahulu dong sama saya punya bini.
b. Bicarakan dahulu dengan istri saya.
1.
1. a. Memang kebangetan itu anak belum mandi sudah makan gado-gado.
b. Memang keterlaluan anak itu belum mandi sudah makan gado-gado.
1.
1. a. Pengendara motor dilarang lewat jalan ini kecuali yang pakai helm.
b. Pengendara motor dilarang melewati jalan ini, kecuali mereka yang memakai helm.
1.
1. a. Permintaan para langganan belum ada yang dipenuhi karena persediannya sudah habis.
b. Permintaan para pelanggan belum ada yang dipenuhi karena persedian barang sudah habis.
1.
1. a. Persoalan yang diajukan oleh Bapak Kepala Sekolah diulas kembali bersama Bapak Ketua P.O.M.G.
1. Soal yang diajukan oleh Kepala Sekolah diulas kembali oleh Ketua POMG.
2. a. Berhubung itu, mengemukakannya pula minat baca kaum remaja semakin menurun.
1. Sehubungan dengan itu, dikemukakannya pula bahwa minat baca
ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA

Artikel ini didapat dari digilib Universitas Sumatra Utara (USU)

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita, kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat.

Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.

Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai ragam bahasa non baku dipakai pada situas santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan

Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu:
a. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.
b. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.

Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur.

CIRI-CIRI BAHASA BAKU
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:

1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.

2. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.

3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.

4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan. Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:


2.1. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa

Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten. Misalnya:

1. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten.
Misalnya:
Bahasa baku
- Gubernur meninjau daerah kebakaran.
- Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.

2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya:
Bahasa Baku
- Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.
- Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.

3. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten. Misalnya:
Bahasa Baku
- Surat anda sudah saya terima.
- Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.
Bahasa Tidak Baku
- Surat anda saya sudah terima.
- Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.
4. Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya:
Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku
- anaknya - dia punya anak
- membersihkan - bikin bersih
- memberitahukan - kasih tahu
- mereka - dia orang

5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsure gramatikal bahasa daerah. Misalnya:z
Bahasa Baku
- dia mengontrak rumah di Kebayoran lama
- Mobil paman saya baru
Bahasa Tidak Baku
- Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama.
- Paman saya mobilnya baru.


2.2. Penggunaan Kata-Kata Baku
Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- cantik sekali - cantik banget
- lurus saja - lempeng saja
- masih kacau - masih sembraut
- uang - duit
- tidak mudah - enggak gampang
- diikat dengan kawat - diikat sama kawat
- bagaimana kabarnya - gimana kabarnya
http://anaksastra.blogspot.com/2009/03/analisis-bahasa-baku-dan-non-baku-dalam.html
http://fulldownload999.com/read-contoh-kalimat-bahasa-yang-baku.html

Beberapa Ciri Bahasa Indonesia Baku
Karena wilayah pemakaiannya yang amat luas dan penuturnya yang beragam, bahasa Indonesia pun mempunyai banyak ragam. Berbagai ragam bahasa itu tetap disebut sebagai bahasa Indonesia karena semua ragam tersebut memiliki beberapa kesamaan ciri. Ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, dan tata makna pada umumnya sama. Itulah sebabnya kita dapat saling memahami orang lain yang berbahasa Indonesia dengan ragam berbeda walaupun kita melihat ada perbedaan perwujudan bahasa Indonesianya.
Di samping ragam yang berdasar wilayah penuturnya, ada beberapa ragam lain dengan dasar yang berbeda, dengan demikian kita mengenal bermacam ragam bahasa Indonesia (ragam formal, tulis, lisan, bidang, dan sebagainya); selain itu ada pula ragam bidang yang lazim disebut sebagai laras bahasa. Yang menjadi pusat perhatian kita dalam menulis di media masa adalah “bahasa Indonesia ragam baku”, atau disingkat “bahasa Indonesia baku”. Namun demikian, tidaklah sederhana memerikan apa yang disebut “ragam baku”
Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolok ukur karena kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu:
1. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat.
2. Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal
3. Keseragaman. Di sini istilah “baku” dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragam bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.
http://blog.bahtera.org/2010/01/beberapa-ciri-bahasa-indonesia-baku/
http://organisasi.org/ejaan-baku-dan-ejaan-tidak-baku-dalam-bahasa-indonesia-pengertian-referensi-dan-contoh

Daftar Pustaka, Kutipan dan Catatan Kaki Pada Penulisan Ilmiah

Daftar Pustaka, Kutipan dan Catatan Kaki Pada Penulisan Ilmiah

Dalam penulisan ilmiah kita sering mengenal tentang adanya Daftar Pustaka, Kutipan dan Catatan Kaki. Ketiga hal tersebut mempunyai tujuan yang berbeda-beda, yaitu:

DAFTAR PUSTAKA
daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku. artikel-artikel. dan bahan-bahan penerbitan lainnya. yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sehagian dan karangan yang tengah digarap. Bagi orang awam. bibliografi mungkin tidak penting artinya, tetapi bagi seorang sarjana seorang calon sarjana. atau scorang cendekiawan. daftar kepustakaan itu merupakan suatu hat yang sangat penting. Tujuan dari adanya daftar pustaka yaitu agar pembaca atau dosen pembimbing atau penguji bisa mengetahui sumber bacaan apa saja yang dijadikan patokan kita dalam menulis karangan ilmiah. Selain itu, mereka dapat mengukur kedalaman pembahasaan maslah ketika mereka mambaca daftar pustaka.

Kutipan

Pengutipan adalah penggunaan teori, konsep, ide, dan lain yang sejenis yang berasal dari sumber lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semua pengutipan harus disertai perujukan. Kealpaan untuk merujuk kutipan dapat dianggap melanggar etika penulisan karya ilmiah. Seperti kita ketahui tadi bahwa sebuah kutipan terdiri dari dua macam, yaitu :

• Kutipan langsung

Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan ke dalam teks, diketik seperti ketikan teks, diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“).

• Kutipan tidak langsung

Kutipan tidak lansung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip. Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana teks biasa.

Catatan Kaki

Catatan kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai penghargaan terhadap karya orang lain. Catatan kaki dipergunakan sebagai pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum di dalam teks atau sebagai petunjuk sumber, tempat memperluas pembahasan yang diperlukan, tetapi tidak relevan jika dimasukkan didalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan pula, referensi silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada bagaian mana halaman berapa, hal yang sama dibahas di dalam tulisan, tempat menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.

Sabtu, 13 November 2010

Ekonomi dan Bisnis

Meningkatnya risiko resesi membuat bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) semakin tertekan. Komite pengelola pasar The Fed pun berselisih pendapat mengenai untung rugi pelonggaran moneter lebih lanjut melalui kebijakan konvensional. Salah satunya adalah dengan mempertahankan suku bunga serendah mungkin di kisaran 0%-0,25%. Bank sentral juga tidak mengubah kebijakannya untuk tidak menambah lagi pembelian surat utang Pemerintah AS dengan menjaga batas bawah kepemilikannya di surat utang Pemerintah AS sebesar USD2,05 triliun.
Beban pembayaran kembali kredit mortgage hingga akhir 2011 saja diproyeksikan mencapai USD400 miliar. Wajar saja apabila dalam voting terakhirnya, FOMC (Federal Open Market Committee) memutuskan menghentikan pengurangan neraca untuk mengatasi masalah tersebut.
Risiko resesi AS terus meningkat seiring dengan perkiraan sejumlah ekonom bahwa pertumbuhan ekonomi AS pada 2011 akan berada di bawah target jangka panjang sebesar 2,5%-2,8% yang telah ditetapkan The Fed. Sementara itu, angka pengangguran juga diprediksi akan naik di atas 9,6% dalam 9 bulan ke depan. Tingkat kepercayaan konsumen juga telah merosot hingga level terendah dalam setahun terakhir.
Dalam beberapa bulan terakhir, The Fed melihat ada indikasi pelambatan laju pemulihan pertumbuhan dan pasar tenaga kerja. Belanja rumah tangga meningkat bertahap, tetapi masih terhadang angka pengangguran yang tinggi, pertumbuhan pendapatan moderat, lemahnya pasar perumahan,dan ketatnya kredit.Departemen Perdagangan AS mencatat pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal II tahun 2010 di level 1,6% dibandingkan posisi kuartal I 2010 yang sebesar 3,7%. Kondisi ini jauh lebih terpuruk apabila dibandingkan pertumbuhan ekonomi AS akhir tahun 2009 lalu yang bias mencapai 5%. Risiko resesi yang meningkat juga tercermin dalam tingkat inflasi AS yang masih berada di bawah target jangka panjang. Laju inflasi diperkirakan masih rendah sebelum meningkat ke level yang konsisten dengan target. The Fed sendiri masih meyakini bahwa tingkat utilisasi akan kembali meningkat secara bertahap, meskipun laju pemulihan ekonomi kemungkinan akan moderat dalam waktu dekat.

KOMPOSISI DAN BAHASAN KALIMAT

KALIMAT
Kadang-kadang gagasan ang terkandung di dalam kalimat tidak tersampaikan dengan baik kepada orang lain. Hal ini terjadi karena kalimat yang kita buat menyesatkan. Berikut akan penulis jelaskan kesesatan kalimat dalam tiket pesawat terbang.
1) Jika nama penumpang tidak sama dengan yang tercantum didalam tiket, maka pengangkut udara mempunyai hak untuk menolak orang yang namanya berbeda dengan nama yang tercantum didalam tiket tersebut dan dengan demikian keberangkatan orang tersebut menjadi tidak jadi.
2) Dengan ini kami atas nama jurusita saya beritahukan bahwa ia/ mereka dapat menjawab gugatan tersebut secara lisan/ tertulis yang ditandatangani oleh sendiri atau oleh kuasanya dan diajukan dalam persidangan dan kepada penggugat saya beritahukan juga bahwa untuk menguatkan dalil-dalilnya ia/ mereka dapat mengajukan surat-surat bukti atau saksi dalam persidangan yang telah ditentukan tersebut diatas

Bagaimana pendapat Anda mengenai kalimat ini? Berapa jumlah kata dalam kalimat tersebut? Bisakah Anda menghematnya sedemikian rupa menjadi kalimat yang santun?

C. KESANTUNAN KALIMAT
1. Kehematan
Gagasan yang tercantum dalam kalimat sering kali tidak tersampaikan karena penggunaan kata yang boros. Kalimat1) disusun tanpa memperhatikan prinsip kehematan kalimat. Padahal, ada beberapa kata dan frasa yang dapat dihemat, seperti

Jika ….., maka ….. seharusnya jika ….., ….. atau ….. maka …..
Tidak sama seharusnya berbeda
Mempunyai hak seharusnya berhak
Pengangkut udara seharusnya maskapai
Tidak jadi seharusnya batal

Dengan demikian, kalimat 1) dapat diperbaiki menjadi
Jika nama penumpang berbeda dengan tiket, maskapai berhak menolak keberangkatannya
atau
Nama penumpang berbeda dengan tiket maka maskapai berhak menolak keberangkatannya

Dapatkah Anda memperbaiki kalimat 2)
Selai yang sudah penulis jelaskan, agar kalimat Anda santun, perhatikan persyaratan berikut ini
a. Hindari pengulangan subjek
Contoh :
1. Sesudah Straughan menbicarakan transmisi nilai, ia menjelaskan pendidkan moral melalui pendekatan kenetralan nilai
Seharusnya
Sesudah membicarakan transmisi nilai, Straughan menjelaskan pendidikan moral melalui pendekatan moral melalui pendekatan kenetralan nilai
2. Jika penumpang berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat
Seharusnya
Jika berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat
b. Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Pada hari kamis tanggal 25 Januari 2007 Direktur PT Pelangi Renata Kanaratih Jaya yang berbendera warna merah, kuning, dan hijau meresmikan berdirinya perusahaan yang memproduksi lampu neon.
Semua orang mengetahui bahwa kamis adalah nama hari, jadi tidak perlu kita tulis hari. Begitu pula pada ungkapan 25 Januari 2007 dan merah, kuning, dan hijau, lampu neon. Jadi, sebelum kata-kata itu, tidak usah didahului kata tanggal dan warna, dan lampu.
C. Hindari dua kata yan bersinonim dipakai dalam sebuah kalimat
Contoh :
1). Menurut hasil penelitian seputar manajemen waktu mengemukakan bahwa menerima panggilan telepon saat mengendarai mobil adalah merupakan gangguan yang dapat membuyarkan konsentrasi sehingga dengan demikian akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.
Seharusnya :
Menurut hasil penelitian seputar manajemen waktu, menerima panggilan telepon saat mengendarai mobil merupakan gangguan yang dapat membuyarkan konsentrasi sehingga akan menurunkan produktifitas kerja.
2). Lembaga pendidikan yang sedang berkembang itu memerlukan berbagai para ahli seperti misalnya ahli hukum,komputer, ekonomi, dan lain-lain
Seharusnya
Lembaga pendidikan yang sedng berkembang itu memerlukan berbagai seperti ahli hukum, komputer, dan ekonomi
atau
Lembaga pendidikan yang sedang berkembang itu memerlukan ahli hukum, ahli komputer, ahli ekonomi, dan lain-lain

2. Kecermatan
Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketapatan diksi, Anda harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini
a. Hindari penanggalan awalan
Contoh :
Saya keberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana hasil karya sendiri karena berbagai pertimbangan
Seharusnya
Saya berkeberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana hasil karya sendiri karena berbagai pertimbangan
b. Hindari peluluhan bunyi /c/
Contoh :
Ia sangat menyintai calon istrinya sehingga menyiptakan puisi terindah sebagai mas kawin dihari pernikahan
Seharusnya
Ia sangat mencintai calon istrinya sehingga menciptakan puisi terindah sebagai mas kawin dihari pernikahan
c. Hindari bunyi /s/, /p/, /t/, dan /k/ yang tidak luluh
Contoh
Tanpa mengesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) berusaha memromosikan, dan mensosialisasikan Undang-Undang Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga
Seharusnya
Tanpa mengkesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) berusaha mempromosikan, dan menyosialisasikan Undang-Undang Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga

d. Hindari pemakaian kata ambigu
Contoh
Istri Wakil Direktur Rumah Tangga Pertamina Pusat yang baru itu akan meluncurkan buku yang berjudul Melawan Stigma Negatif Seorang Sekertaris
(Catatan : Siapa yang baru? Istri wakil direktur apa pak wakil direktur yang baru menjabat)

3. Kesejajaran
Agar kalimat yang Anda buat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan. Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang berparalel. Perhatikan kalimat berikut
Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan dalam bagasi tiba-tiba mati
Pada kalimat tersebut, terdapat kata-kata yang tidak berparalel dan harus disejajakan, yaitu kata kehilangan, kerusakan, busuknya dan mati. Seharusnya, dua kata tersebut menjadi kebusukan dan kematian. Dengan demikian kalimat itu dapat diperbaiki menjadi
Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan

Contoh lain dapat Anda lihat pada kalimat-kalimat berikut ini
a. Berdasarkan rencana dibidang kesepakatan energi, negara-negara yang tergabung dalam EAS akan meningkatkan efisiensi energi dan meluaskan sistem energi terbaru
b. Selama dua minggu para ahli dibidang kesepakatan energi akan mengadakan seminar dipusat pembinaan dan pelatihan energi
c. Tingginya harga-harga kebutuhan pokok, hilangnya kepercayaan masyarakat di bidang ekonomi dan politik, dan banyaknya pengangguran merupakan kesulitan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia.
d. Perbaikan sanitasi dapat mengangkat manusia dari kemiskinan, meningkatkan pruduktifitas, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja

4. Keharmonisan
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tertulis, yang mengungkapkan pikiran secara utuh, memiliki unsur gramatikal terdapat subjek dan predikat, serta memiliki kesenyapan.keharmonisan kalimat artinya kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa. Ingat, kecermatan dalam berbahasa mencerminkan ketelitian dalam berpikir.
Agar kalimat Anda harmonis, setiap kalimat yang Anda buat harus mempunyai kejelasan unsur-unsur gramatikalnya, seperti subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.

a. Subjek
Subjek (P) ialah bagian kalimat yang menunjukan pelaku, tokoh, sosok, benda, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau pokokpembicaraan. Ciri-ciri subjek yaitu jawaban apa atau siapa, disertai kata petunjuk, memiliki keterangan pembahas yang, didahului kata bahwa, dan tidak didahului kata depan.
Contoh :
1). Leonardo da Vinci/ adalah seoran pelukis yang terkenal
s
2). Lukisannya yang terkenal itu/ bernama/ Monalisa
s
3). Bahwa Leonardo da vinci merupakan pelukis yang terkenal/ diakui/ oleh dunia
s
b. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri atau jatidiri subjek. Ciri-ciri predikat yaitu berupa kata kerja; bukan berupa kata kerja; disertai aspek bahasa; disertai kata adalah yaitu, dan merupakan; dapat diingkarkan
Contoh :
1). Leonardo da Vinci/ adalah seorang pelukis yang terkenal
P
2). Lukisannya yang terkenal itu/ bernama/ Monalisa
P
3). Disamping bakat melukis Leonardo/ memiliki/ pengetahuan/ diberbagai bidang
P
4). Leonardo da Vinci/ menguasai/ pengetahuan tentang cara membuat senapan,
P
kincir angin, dan pesawat terbang

c. Objek dan Lengkap
Objek (O) dan Pelengkap (P) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Ciri-ciri objek dan pelengkap yaitu objek dan pelengkap berada di belakang predikat; objek bisa mempunyai subjek pada kalimat pasif; pelengkap tak bisa menjadi subjek pada kalimat pasif
Contoh :
1). Lukisannya yang terkenal/ bernama/ Monalisa
Pelengkap
2). Leonardo da Vinci menguasai/ pengetahuan tentang cara membuat senapan,
Objek
kincir angin, dan pesawat terbang

d. Keterangan
Keterangan (K) ialah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian yang lainnya. Ciri-ciri keterangan yaitu berupa kata, frase, dan kalusa, didahului kata depan, dan tidak terikat posisi

Contoh :
1). Disamping bakat melukis/ Leonardo memiliki pengetahui diberbagai bidang
K
2). Monalisa/ lukisannya yang terkenal,/ telah mengantar Leonardo da Vinci
Kaposisi
menjadi tokoh besar di zaman Renaisance

5. Kelogisme
Pada sebuah acara resmi, pembawaacara menyilakan pembicara untuk memberikan sambutan kalimat seperti ini
Baiklah, untuk mempersingkat waktu, acara selanjutnya adalah penyampaian sepatah dua kata dari Rektor Universitas Andromeda, Bapak Romeo Andromedia Primakusuma Widja Kuntarto, waktu dan tempat kami persilakan.

Apakah yang tidak logis pada kalimat itu? Apakah waktu dapat dipersingkat? Siapakah yang dipersilahkan memberi sambutan, waktu dan tempat atau Rektor Universitas Andromeda
Kelogisan berhubungan dengan bernalar atau tidaknya sebuah kalimat. Ketidaklogisan bisa terjadi karena isi kalimat atau struktur kalimat yang dibangun. Struktur kalimat yang dimaksud adalah penggunaan unsur gramatikal yang tidak tepat dan penggunaan kata penghubung yang tidak logis.
Terdapat dua kata penghubung, dalam bahasa Indonesia yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antar kalimat. Intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat atau sebaliknya.
Contoh :
… karena … …, dan …
…sehingga … …, atau …
walaupun …, … …, seperti …
jika …, …
…, sedangkan …
…,melainkan …

Antarkalimat ialah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya
Contoh :
Jadi, … Pertama, …
Oleh karena itu, … Kedua, …
Namun, … Kesimpulannya, …
Kemudian, … Selanjutnya, …

Kesesatan kalimat dengan menggunakan kata penghubung yang salah dapat kita lihat pada contoh karangan berikut ini.

Dan masalah lainnya yang timbul adalah adanya kesalahan dalam pencatatan persediaan. Tetapi, kesalahan dalam pencatatan persediaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap laporan neracadan laporan laba rugi, oleh karena itu harus ada kecocokan antara bagian gudang dan bagian produksi. Sedangkan, pengendalian perlindungan persediaan juga sangat diperlukan, yaitu dengan cara pembentukan tenaga gudang untuk mencegah adanya kerusakan barang atau kehilangan barang, namun sebaliknya akses untuk masuk kedalam gudang juga perlu dibatasi hanya untuk bagian gudang. Maka atas adanya pertimbangan-pertimbangan yang sudah penulis jelaskan, maka dilakukanlah penelitian ini, sehingga makalah ini diberi judul “Prosedur Pembelian Bahan Baku pada Float Division di PR. Multi Glass.”

Rabu, 10 November 2010

Macam-macam majas

Macam-macam majas
Majas perbandingan
1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
4. Sinestesia: Metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan pada indra lain.
5. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek
6. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
7. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
8. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
9. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
10. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
11. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
12. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
13. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Dalam mengahafal sinekdoce yang terbagi pars pro toto dan tontem pro parte sering terbalik agar tidak terbalik gunakan trik :
Pars = sebagian artinya sebagian untuk seluruh.

MAJAS PERTENTANGAN
1. Oksimoron
Majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
2. Paradoks
Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
3. Antitesis
Majas yang menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
Majas sindiran
1. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.

Majas penegasan
1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Kalimat majemuk

Kalimat majemuk
Suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu pola kalimat baru di samping pola yang ada.
Kalimat majemuk dibagi menjadi :
1.Kalimat majemuk setara (koordinatif)
2.Kalimat majemuk rapatan
3.Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif)
4.Kalimat majemuk campuran

A. Kalimat majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah :
Ă˜Kalimat gabung yang hubungan antar pola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau seharkat.
Ciri-ciri :
1.1.Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya.
2.2.Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
3.3.Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4.Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P

Jenis majemuk Setara
1. Setara Sejalan (kata hubungnya dan, serta, lagi pula dll)
2. Setara memilih
3. Setara berlawanan
4. Setara menguatkan (bahkan)
5. Setara sebab akibat
B. Majemuk Bertingkat.
1. Siswa dapat membuat kalimat majemuk bertingkat
2. Siswa dapat menentukan Kalimat majemuk bertingkat.
1. Membuat Majemuk Bertingkat.
Majemuk bertingkat adalah kalimat luas yang mana perluasannya membentuk klausa
bawahan (anak kalimat)

Cara membuat majemuk bertingkat.
1. Buatlah kalimat tunggal atau kalimat luas terlebih dahulu.
2. Kembangkan salah satu jabatan kalimat menjadi klausa bawahan (anak kalimat )
sesuai dengan anak kalimat apa yg diinginkan

Kalimat Tanya

Yang dimaksud dengan kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberitahu sesuatu karena kita tidak mengetahui sesuatu hal.

Bila kita membandingkan kalimat tanya dengan kalimat berita maka terdapat beberapa ciri yang dengan tegas membedakannya dengan kalimat berita.

Ciri-ciri tersebut adalah:

a. Intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya.

b. Sering mempergunakan kata tanya.

c. Dapat pula mempergunakan partikel tanya –kah.

Kata-kata tanya yang biasa digunakan dalam sebuah kalimat tanya, dapat digolongkan berdasarkan sifat dan maksud pertanyaan:

1. Yang menanyakan tentang benda atau hal: apa, dari apa, untuk apa, dan sebagainya.

2. Yang menanyakan tentang manusia: siapa, dari siapa, dan lain-lain.

3. Yang menanyakan tentang jumlah: berapa.

4. Yang menanyakan tentang pilihan atas beberapa hal atau barang: mana.

5. Yang menanyakan tentang tempat: di mana, ke mana, dari mana.

6. Yang menanyakan tentang waktu: bila, bilamana, kapan, apabila.

7. Yang menanyakan tentang keadaan atau situasi: bagaimana, betapa.

8. Yang menanyakan tentang sebab: mengapa, apa sebab, dan sebagainya.

Pada umumnya semua kalimat tanya mengehendaki suatu jawaban atas isi pertanyaan tersebut. Tetapi ada pula pertanyaan yang sama sekali tidak menghendaki jawaban, dan dipakai sebagai suatu cara dalam gaya bahasa; pertanyaan semacam ini disebut petanyaan retoris. Pertanyaan retoris biasa dipakai dalam pidato-pidato atau percakapan-percakapan lain di mana pendengar sudah mengetahui atau dianggap sudah mengetahui jawabannya. Ada pula semacam pertanyaan lain yang sebenarnya sama nilainya dengan perintah, di mana si penanya sudah mengetahui jawabannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 macam kalimat tanya:

a. Pertanyaan biasa.

b. Petanyaan retoris.

c. Pertanyaan yang senilai dengan perintah.

Di samping pembagian di atas, kalimat tanya dapat dibagi lagi menurut cakupan terhadap isi pertanyaan tersebut. Kita dapat menekan seluruh rangkaian pertanyaan itu, yang berarti tidak ada bagian yang lebih dipentingkan, atau kita hanya mementingkan salah satu bagian yang menjadi pokok pertanyaan kita. Hasil jawabannya pun akan berbeda dengan kedua macam pertanyaan tersebut.

Macam kalimat pertama akan menghasilkan jawaban ya atau tidak sedangkan pertanyaan macam yang kedua menghasilkan jawaban sesuai dengan bagian yang dipentingkan.

Jadi berdasarkan penekanan atau cakupan isi pertanyaan, kalimat tanya dapat dibagi atas:

a. Pertanyaan total: Engkau mengatakan hal itu? Ya. Tidak.

Engkau belajar bersama dia? Ya. Tidak.

b. Pertanyaan parsial: Siapa yang mengatakan hal itu? Ali.

Di mana kau belajar? Di sekolah.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan tentang kalimat tanya. Di atas telah dikatakan bahwa ciri dari kalimat tanya adalah intonasi tanya. Tetapi dalam percakapan sehari-hari, sering terjadi bahwa dalam kalimat tanya yang memakai kata tanya tidak terdengar intonasi tanya, sedangkan kalimat tanya yang tidak memakai kata tanya selalu memakai intonasi tanya. Jadi ciri intonasi tanya dan kata tanya merupakan ciri yang amat penting bagi kalimat tanya. Tetapi bila kalimat tanya mengandung kata tanya kita boleh memilih antara: mempergunakan intonasi tanya, atau boleh juga mempergunakan intonasi berita (biasa).

Menganalisa Perbedaan dan Persamaan Sajak, Pantun, Puisi dan Syair

Menganalisa Perbedaan dan Persamaan Sajak, Pantun, Puisi dan Syair. Untuk Menambah Pengetahuan akan pelajaran bahasa indonesia, khususnya perbedaan dan persamaan dari pengungkapan rasa hati itu. kita haruslah mengenal sajak, pantun, puisi dan syair. untuk itu kali ini seenthing akan berbagi sedikit penelusuran dari google search engine yang didapat. untuk itu marilah kita lihat pengertiannya. dan jika ada kesalahan mohon kiranya ada perbaikan dari semua pengunjung. dan silahkan sharing dalam komentnya. terima kasih. lanjuuuuuuuut……..!!!!

SAJAK
Kata sajak dikenal dalam kesusastraan Indonesia. Penggunaan istilah ini sering dicampuradukkan dengan puisi. Padahal, puisi berasal dari bahasa Belanda, dari kata poezie. Dalam bahasa Belanda, dikenal dengan istilah gedicht.

Dalam bahasa Indonesia (Melayu) hanya dikenal istilah ini mengandung arti poezie maupun gedicht sekaligus. Istilah puisi cenderung digunakan untuk berpasangan dengan istilah prosa, seperti istilah poetry dalam bahasa Inggris yang dianggap sebagai salah satu nama jenis sastra.

Dengan demikian, istilah ini lebih bersifat khusus, individunya, sedangkan puisi lebih bersifat general, jenisnya.

Sajak adalah puisi, tetapi tidak sebaliknya. Puisi bisa saja terdapat dalam prosa seperti cerpen, novel, atau esai, sehingga orang sering mengatakan bahwa kalimat-kalimatnya puitis (bersifat puisi). Menurut Putu Arya Tirtawirya, puisi menjadi suatu pengungkapan secara implisit, samar, dengan makna yang tersirat, dimana kata-kata condong pada artinya yang konotatif.

Sajak memiliki makna lebih luas. Tidak sekadar hal yang tersirat, tetapi sudah menyangkut materi isi puisi, bahkan sampai pada efek yang ditimbulkan, seperti bunyi. Karenanya, ia terkadang juga dimaknai sebagai bunyi. Pada hakekatnya, ia mengundang kata berasosiasi. Tidak berinterpretasi, bertafsir-tafsir.

Bagi Subagio Sastrowardoyo, ia adalah apa yang lahir setelah ‘malam yang hamil oleh benihku. Adalah bayi yang dicampakkan ke lantai bumi. Sajak seperti anak haram tanpa ibu membawa dosa pertama di keningnya.

Sedangkan Subagio Sastrowardoyo berpendapat bahwa sajak berguna untuk mengingatkan kita pada kisah dan keabadian. Melupakan kepada pisau dan tali. Melupakan kepada bunuh diri.

Sajak bagi Chairil adalah alamat kemana ia menuju setelah lari dari gedong lebar halaman, dan ketika tersesat tak dapat jalan.

Sajak bagi Goenawan Mohamad adalah catatan kita bagi dingin yang tak tercatat pada termometer. Ketika kota basah, angin mengusir kita di sepanjang sungai, tapi kita tetap saja di sana. Mengamati, mencatat. Seakan gerimis raib dan kita saksikan cahaya berenang mempermainkan warna. Ia adalah ketika kita merasakan bahagia meski tak tahu kenapa.

Tema tentang sajak, baik tersurat guratnya atau hanya tersirat seratnya, atau bahkan cuma bisa kita tafsirkan saja salah satunya, hampir selalu ada ditulis oleh setiap penyair. Mungkin ini sebagai wujud kekariban. Atau persembahan untuk ia sendiri.

Ketika menggubah sajak, maka juga terkandung makna hidup yang dihayati oleh penyair. Ya, karena ia adalah kehidupan. Keduanya sangat dekat. Keduanya saling ada di dalam keduanya: ia ada dalam kehidupan dan kehidupan ada didalamnya. Ia adalah alat yang bisa sangat bermanfaat untuk merumuskan rumit dan samarnya kehidupan.

Sitok Srengenge, menerjemahkan apa peran sajak dan penyair bagi hidupnya dan kehidupan manusia. Sebenarnya selalu ada yang puisi dalam segala sesuatu yang bukan puisi. Dan peran luhur kepenyairan bisa dijalankan oleh siapa saja yang bukan penyair.

Sebaliknya penyair yang mengaku paling penyair pun bisa saja menempuh jalan lenceng: keluar dari jalur luhurnya, tak lagi menjadi dan menjadikan rahasia dalam kata, tak lagi menjelma dan menjelmakan tanda atas fana.

MENGENAL DAN PEMAHAMAN KATA PANTUN
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara, pada umumnya terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya tiap baris terdiri atas empat perkataan.

Kata ini mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik, namun juga bisa berarti sindiran.

Dalam bahasa Jawa, biasa dikenal dengan nama parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Pada mulanya ia merupakan sastra lisan, namun sekarang dijumpai juga bentuk yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, yang seringkali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya). Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari dibuatnya karya sastra ini.

Karya sastra ini dinilai baik jika terdapat hubungan makna tersembunyi dalam sampiran, biasa disebut pantun sempurna atau penuh. Sedangkan pada yang kurang baik, hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi, dan disebut tak penuh atau tak sempurna.

Karena sampiran dan isi sama-sama mengandung makna yang dalam (berisi), maka kemudian dikatakan, “sampiran dapat menjadi isi, dan isi dapat menjadi sampiran.”

Pantun yang sering dipakai berisi dua baris dan empat baris. Karmina dan talibun merupakan bentuk turrunannya, karena memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan versi pendek (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah versi panjang (enam baris atau lebih).

Pantun adalah genre sastra tradisional yang paling dinamis, karena dapat digunakan pada situasi apapun. Dalam kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari, ini termasuk jenis sastra lisan yang paling populer.

Penggunaannya hampir merata di setiap kalangan: tua-muda, laki-laki-perempuan, kaya miskin, pejabat-rakyat biasa dan sebagainya. Dalam praktiknya, ia diklasifikasi ke dalam beberapa jenis yaitu, Nasihat, Berkasih Sayang, Suasana Hati, Pembangkit Semangat, Kerendahan Hati, Pujian, Teka-teki, Terhadap Perempuan, dan Jenaka.

Pantun juga berfungsi sebagai bentuk interaksi yang saling berbalas, baik itu dilakukan pada situasi formal maupun informal. Pada masyarakat Melayu mengalir berdasarkan tema apa yang tengah diperbincangkan.

Ketika seseorang mulai mengucapkan karya sastra ini, maka rekan lainnya berbalas dengan tetap menjaga tali perbincangan. Pada situasi formal, digunakan ketika meminang atau pembukaan sebuah pidato, sedangkan pada situasi informal seperti perbincangan antar rekan sebaya.

Berikut tips dalam menulis pantun :

1. Tentukan tema dan isi

2. Pilih dan tuliskan baris kaliamat yang akan Anda jadikan sampiran, dengan mempertimbangkan jumlah suku kata tiap baris dan persajakannya. Jumlah suku kata dalam satu baris/kalimat terdiri atas 8-12 suku kata. Persajakan sampiran adalah A-B.

3. Tuliskan baris kalimat yang merupakan isi pantun dengan mempertimbangkan jumlah suku kata tiap baris dan persajakannya. Jumlah suku kata dalam satu baris/kalimat terdiri atas 8-12 suku kata. Persajakan sampiran adalah A-B. Pengungkapan isi harus memiliki keselarasan bunyi dengan sampiran.

PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN KATA PUISI DAN PENGERJAANNYA
Puisi adalah susunan kata yang indah, bermakna, dan terikat konvensi (aturan) serta unsur-unsur bunyi. Ciri umumnya adalah bahasa yang padat, penuh metafor.

Biasanya, ini dijadikan sebagai media untuk mencurahkan perasaan, pikiran, pengalaman, dan kesan terhadap suatu masalah, kejadian, dan kenyataan di sekitar kita.

Siapapun bisa menulis puisi dengan berbagai cara dan dapat dilakukan kapan saja. Biasanya kepekaan hati memiliki peran penting disini. Maka, bentuk tulisan ini juga sering diartikan sebagai ekspresi hati.

Berikut tahapan dalam membuat puisi:

1. Pencarian ide

Kumpulkan atau gali informasi melalui membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian atau peristiwa, pengalaman (pribadi), social (masyarakat), ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan).

2. Perenungan

Memilih atau menyaring informasi (masalah, tema, ide, gagasan) yang menarik dari ide yang didapat. Kemudian memikirkan, merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan pengetahuan yang dimiliki.

3. Penulisan

Inilah proses yang paling rumit, mengerahkan energi kreatif (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi(peka rasa dan cerdas membayangkan), serta pengalaman dan pengetahuan. Untuk itulah, tahap penulisan hendak mencari dan menemukan kata ataupun kalimat yang tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan. Hasilnya kata-kata tersebut menjadi bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi.

4. Perbaikan atau revisi

Baca kembali karya yang telah Anda ciptakan. Ketelitian dan kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat, baris, bait, sangat dibutuhkan. Kemudian, mengubah, mengganti, atau menyusun kembali setiap kata atau kalimat yang tidak atau kurang tepat.

Biasanya, proses revisi atau perbaikan ini memakan waktu lama, hingga puisi tersebut telah dianggap jadi dan tidak lagi dapat diubah atau diperbaiki oleh penulisnya.

Untuk mahir berpuisi, maka Anda harus terbiasa dan akrab dengan kegiatan membaca. Apapun yang Anda baca, Anda harus melahapnya dalam porsi lebih. Hal ini untuk memunculkan kreatifitas pandang pikir.

Selain itu, Anda juga harus mampu membaca segala yang tersurat dan tersirat dalam kehidupan ini. Baik itu kejadian-kejadian dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, membaca keadaan diri Anda (pengalaman dan cara pandang).

Singkatnya, Anda harus mampu menemukan hal-hal yang menjadi inspirasi dan kekuatan Anda dalam berkarya dari manapun sumbernya.

Biasakan pula diri Anda membaca kritik-kritik puisi yang ada. Hal ini mampu membangun apresiasi dengan baik.

Setidaknya dengan membaca sebuah kritik karya, Anda akan akan mampu melihat sebuah kelemahan dan keunggulan karya yang dikritik itu sehingga memperkaya wawasan Anda dalam menulis.

Hal penting lainnya adalah menulis. Meski ada beberapa cara, namun Anda tidak perlu terlalu terikat pada aturan. Anda bebas menulis apa saja sesuai keinginan hati, baru kemudian melakukan pengeditan.

Untuk berlatih, Anda juga bisa melakukan teknik “copy the master”, yaitu dengan memenggal sebagian puisi yang berirama lalu kita lanjutkan dengan tulisan Anda sendiri. Cara ini sangat efektif untuk mengasah kemampuan menulis Anda.

Hal yang tidak kalah penting adalah banyak berlatih dan tidak terpaku pada satu gaya penulisan. Sering-seringlah berlatih, melakukan diskusi atau membahas karya bersama penikmat dan pemerhati karya sastra, dan menyempurnakan karya-karya tulisan Anda, maka kemampuan Anda dalam berpuisi akan semakin terasah dengan baik. Selamat mencoba!

PEMAHAMAN SYAIR YANG LEBIH DALAM
Syair merupakan puisi atau karangan dalam sastra melayu lama, dengan bentuk terikat yang mementingkan irama sajak.

Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu syu’ur, yang berarti perasaan. Dari kata syu’ur, kemudian muncul kata syi’ru, yang berarti puisi dalam pengertian umum.

Dalam kesusasteraan Melayu, kata ini merujuk pada pengertian puisi secara umum. Namun, dalam perkembangannya, ia mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, dan tidak lagi mengacu pada tradisi sastra di negeri Arab.

Syair bukanlah kumpulan kata yang asal saja dan tidak memiliki makna. Justru, ia hadir membawa makna isi yang berhubung dengan kias ibarat, sindiran, nasihat, pengajaran, agama dan juga berisikan sejarah atau dongeng.

Adapun ciri-ciri Syair adalah sebagai berikut:

1. Merupakan puisi terikat.
2. Umumnya terdiri dari empat baris, agak mirip dengan pantun. Perbedaannya adalah, empat baris pantun merupakan dua baris sampiran dan dua baris isi yang berdiri sendiri. Sedangkan bait syair merupakan bagian dari sebuah cerita yang panjang.
3. Jumlah kata dalam satu baris tetap, yaitu 4-5 kata satu baris
4. Jumlah suku kata dalam satu baris juga tetap, yaitu antara 8-12 suku kata dalam satu baris
5. Rima akhir juga tetap yaitu a/a/a/a. Ada juga yang memiliki rima a/b/a/b, tiga baris dengan rima akhir a/a/b, dan dua baris dengan rima a/b, namun ketiga bentuk syair terakhir tidaklah popular.

Jika Anda bertanya siapa penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu, maka dia adalah Hamzah Fansuri. Karya yang sudah dihasilkan antara lain: Perahu, Burung Pingai, Dagang, dan Sidang Fakir.

Dari namanya, orang Melayu mengenali syair seiring dengan penetrasi dan perkembangan ajaran Islam, terutama tasawuf di Indonesia. Bentuk berbahasa Arab yang tercatat paling tua di negeri ini adalah catatan di batu nisan Sultan Malik al-Saleh di Aceh, bertarikh 1297 M.

Sedangkan yang berbahasa Melayu yang tertua adalah syair di prasasti Minye Tujoh, Aceh, Indonesia bertarikh 1380 M (781 H). Didalamnya, bahasa Melayu masih bercampur dengan bahasa Sansekerta dan Arab.

Sedangkan dari segi jumlah, syair diperkirakan menempati posisi kedua setelah pantun. Artinya, bentuk sastra ini sangat populer pada masyarakat Melayu. Dari segi cara penceritaan, ia bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu naratif dan yang non naratif. Berdasarkan isi dan tema, bentuk naratif bisa dibagi kembali menjadi 4 jenis yaitu:

1. Romantic, sebagai contoh: Bidasari
2. Sejarah, sebagai contoh: Perang Makassar, Perang Banjar
3. Keagamaan, sebagai contoh: Nur Muhammad
4. Kiasan, sebagai contoh: Ikan Terubuk

Sedangkan syair non-naratif terbagi kembali menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Agama
2. Nasihat
3. Di luar tema-tema tersebut

Bahasa baku dan tidak baku.

Bahasa baku dan tidak baku dalam bahasa Indonesia yang sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari

Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita, kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat.

Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.

Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai ragam bahasa non baku dipakai pada situas santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan. Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Penggunaan Kata-Kata Baku yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus.
Contoh: Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku
- anaknya - dia punya anak
- membersihkan - bikin bersih
- memberitahukan - kasih tahu
- mereka - dia orang

Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku, di mana yang sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul yang sering dipakai dalam melakukan percakapan sehari-hari :
- apotik : apotek
- atlit : atlet
- azas : asas
- azasi : asasi
- bis : bus
- do'a : doa
- duren : durian
- gubug : gubuk
- hadist : hadis
- ijin : izin
- imajinasi : imaginasi
- insyaf : insaf
- jaman : zaman
- kalo : kalau
- karir : karier
- kongkrit : konkret
- nomer : nomor
- obyek : objek
- ramadhan : ramadan
- rame : ramai
- rapor : rapot
- sentausa : sentosa
- trotoar : trotoir

Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan / eyd :

- kreatifitas : kreativitas
- kreativ : kreatif
- aktifitas : aktivitas
- aktiv : aktif
- sportifitas : sportivitas
- sportiv : sportif
- produktifitas : produktivitas
- produktiv : produktif
Contoh kalimat baku dan tidak baku;
1. Kalimat Tidak Baku
1. Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
2. Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
3. Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B.
6. Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.

2. Kalimat Baku

1. Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
2. Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
3. Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.
6. Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com