Mesir Bergejolak, Mahasiswa WNI Khawatir di Drop Out
Ratusan mahasiswa Indonesia di Al-Azhar Kairo, Mesir, khawatir kericuhan yang terjadi di Mesir membuat mereka terkena "drop out" sehingga gagal dalam meraih gelar strata.
"Semua mahasiswa asal Indonesia yang tinggal di Kota Nasr City Mesir sebenarnya masih merasa aman, mereka hanya khawatir jika di DO (drop out) karena banyak mata kuliah yang tertinggal akibat kerusuhan itu," kata Ainul Zikrah, seorang mahasiswi Al Azhar asal Dumai, Sabtu (5/2).
Ainul menerangkan, kekacauan di Mesir hanya terfokus pada satu titik pusat pemerintahan Presiden Mesir Hosni Mubarak sehingga dirinya yang sebelumnya tinggal di suatu komplek bersama ratusan mahasiswa Indonesia lainnya di Kota Nasr City tidak begitu kuatir dan masih merasa aman.
Ratusan mahasiswa disana, menurut Ainul, mengkhawatirkan kekacauan Mesir mengganggu konsentrasi mereka dalam menghadapi sejumlah materi kuliah yang dapat berdampak fatal atau DO. (Ant)
Pemerintah Mesir Janji Tak Gunakan Kekerasan pada Demonstran
Tenggat waktu yang diberikan rakyat Mesir bagi Presiden Hosni Mubarak untuk mengundurkan diri setelah menjabat sebagai Presiden Mesir selama 30 tahun telah habis.
Demonstran telah merencanakan aksi unjuk rasa berskala besar di sekitar Tahrir Square pada Jumat, (4/2).
Walaupun demonstrasi di Kairo Mesir telah menjurus anarki, namun Pemerintah Mesir berkomitmen tak akan menggunakan kekuatan militer untuk membersihkan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh massa anti Mubarak.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Presiden Mesir, Umar Sulaiman dalam wawancara eksklusif dengan seorang wartawan ABC News, Christiane Amanpour.
Dalam wawancara itu, Umar Sulaiman menyatakan akan meminta papa pengunjuk rasa untuk meninggalkan lapangan Tahrir di Kairo.
Sulaiman juga menegaskan bahwa pemerintah hanya akan meminta mereka pulang. Namun tidak akan menggunakan cara kekerasan atau tekanan apapun.
Pemerintah telah mendengarkan permintaan para pendemo dan menanggapinya dengan baik dengan memulai pembicaraan nasional, tambahnya.
Dia mengatakan telah melakukan negosiasi soal masa depan negeri piramida tersebut dengan oposisi terkuat Ikhwanul Muslimin.
Padahal sebelumnya rezim Mubarak telah sering menolak semua pembicaraan dengan Ikhwanul Muslimin yang menginginkan berdirinya negara islam di Mesir. Bahkan, rezim Mubarak telah memenjarakan ribuan anggota Ikhwanul Muslimin karena permintaan tersebut.
Demo Besar, Massa Datangi Tahrir Square Bertambah
Tenggat waktu yang diberikan rakyat Mesir bagi Presiden Hosni Mubarak untuk mengundurkan diri setelah menjabat sebagai Presiden Mesir selama 30 tahun telah habis.
Demonstran telah merencanakan aksi unjuk rasa berskala besar di sekitar Tahrir Square pada Jumat, (4/2).
Rakyat Mesir telah mendatangi Kota Kairo sejak pukul 07.00 pagi waktu setempat, seperti diberitakan Al-Jazeera.
Berdasarkan pantauan di lapangan, Warga yang mendatangi Tahrir Square semakin bertambah jelang salat jumat.
Aksi para demonstran baru akan berlangsung usai salat jumat dan berpusat di Tahrir Square, Kairo, Mesir.
Selain di Kairo, aksi massa mendesak Mubarak turun juga akan berlangsung di sejumlah kota lain di Mesir diantaranya Iskandariyah.
Padahal Mesir masih memberlakukan jam malam dan polisi serta tentara telah menutup akses menuju ke Tahrir Square.
Mesir Berdarah Dan Semakin Bergolak 2011
Metrotainment.net – jika sebelumnya terjadi masa yang berdemonstrasi melawan pemerintahan, menuntut tumbangnya rezim Mubarak, kini yang ada hanya lah perang antar rakyat.
Setelah hampir 8 hari terjadi demonstrasi yang tak kunjung usai, sejak 2 Februari 2011 silam telah muncul kubu pro Mubarak. Rakyat pun kini terpecah belah.
Massa pro Mubarak muncul ketika presiden yang telah berkuasa selama tiga dekade tersebut menolak turun dari kursi pemerintahannya.
Beliau hanya menjanjikan tidak akan mencalonkan diri lagi pada pemilu September mendatang. Mereka keluar dalam jumlah yang besar dan menuntut para demonstran untuk mengakhiri aksinya.
Kerusuhan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Juru Bicara Militer meminta kepada demonstran untuk membubarkan diri.
Bentrokan antara dua kubu berlangsung sengit. Masyarakat berkudeta, yang bersenjatakan kayu dan batu, harus berhadapan dengan kubu pihak Mubarak yang membawa bom molotov, blok beton, tongkat, bertunggangkan kuda dan unta.
Bahkan diduga membawa pisau dan senjata tajam lainnya karena menurut beberapa saksi mata terdengar letusan senjata tajam di sela-sela bentrok. Seperti dilansir Sidney Morning, diperkirakan tiga orang demonstran tewas karena terjangan peluru tajam.
Seiring dengan bertambah lamanya periode kudeta, semakin banyak juga mereka yang meregang nyawa. Seperti dikutip dari Telegraph.co.id, sedikitnya 6 orang tewas dan 1500 orang lainnya terluka dalam bentrokan tersebut.
Usut punya usut ternyata beberapa fakta membuktikan bahwa kubu pro Mubarak diisi oleh sejumlah aparat keamanan yang berbaju preman. Hal ini diketahui ketika beberapa dari kubu pro pemerintah berhasil ditahan dan digeledah oleh massa. Dari kartu pengenal mereka diketahui bahwa mereka adalah anggota dari kepolisian setempat.
Preman-preman itu dikabarkan sengaja dibayar oleh pemerintah untuk memecah belah dan menakut-nakuti rakyat. Beberapa anggota kubu pro pemerintah juga diduga berasal dari Partai Demokratik Nasional, partainya Mubarak.
Tak hanya batu dan hujan bom molotov dari atap gedung, dalam bentrokan yang berlangsung selama 12 jam tersebut juga disusupi oleh sejumlah sniper, beberapa orang yang sudah terlatih untuk berkemampuan membunuh musuh secara tersembunyi dari jarak jauh dengan menggunakan senapan.
Kubu pro Mubarak tidak hanya berperang dengan masyarakat yang mengkudeta pemerintahan, namun juga menganiaya sejumlah wartawan, baik jurnalist lokal maupun asing.
Seperti beberapa wartawan Mesir, jurnalis Belgia, BBC, ABC News dan CNN. Juru tulis ini dipukuli dan dituduh sebagai mata-mata. Jelas saja masalah ini cukup menghentak dunia. Kelompok jurnalis internasional menduga bahwa orang-orang yang menganiaya wartawan ini dikendarai oleh sang presiden, Mubarak.
Pemerintah Mesir sedang berupaya melakukan strategi untuk menghilangkan kesaksian atas tindakan mereka. Serangan kepada wartawan adalah salah satu cara untuk mengintimidasi pemberitaan.” ujar Coordinator Commite to Protect Jornalists wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Mohamed Abdel Dayem.
Ada sebuah update terbaru. Seperti dilansir Kompas Internasional, Mubarak memberikan beberapa statement. “Saya tak peduli apa kata orang tentang diri saya.
Saat ini saya hanya peduli dengan negara saya, saya hanya menaruh perhatian pada Mesir. Saya sangat sedih dengan apa yang terjadi kemarin. Saya tidak ingin lagi melihat rakyat saya terlibat dalam perkelahian” ujar Mubarak.
Presiden Mesir Hosni Mubarak juga menyampaikan kesediaannya untuk segera menyerahkan jabatannya tetapi khawatir tindakannya itu nanti akan memicu kekacauan di negaranya.
Semoga saja hal ini bukan hanya statement belaka. Semoga Mubarak benar-benar terbuka matanya dan merelakan tahtanya demi keinginan rakyat
Harapan Rakyat Mesir Terwujud : Mubarak Lepaskan Jabatan
Metrotainment.Net-Setelah tiga minggu terjadi demonstrasi besar-besaran dan melelahkan di Mesir, akhirnya pada hari Jumat (11/2/2011), Presiden Hosni Mubarak resmi turun dari jabatannya dan pengumuman ini diumumkan oleh Wakil Presiden, Omar Sulaiman.
Mubarak yang telah memerintah Mesir dengan tangan besinya lebih dari 30 tahun ini merupakan pemimpin kedua di Arab yang digulingkan oleh rakyatnya sendiri, setelah Tunisia yang berhasil melakukan hal serupa pada Presiden Zine al-Abidin Ben Ali.
“Saudaraku rakyat Mesir. Dalam situasi yang tidak mudah ini, negara akan terus maju. Presiden Hosni Mubarak telah bersedia mundur dan menyerahkan posisi Presiden.
Komite Tinggi Militer telah mengambil alih kendali negara. Semoga Tuhan melindungi kita,” kata Omar Sulaiman sepert dilansir ABCNews.
Terdengar riuh selebrasi rakyat Mesir di Tahrir Square yang selama ini menginginkan rezim Mubarok untuk berakhir. Mereka menari, meniup terompet, mengibarkan bendera Mesir dan meneriakkan, “Mesir sudah bebas! Mesir sudah bebas!”. Kembang api dihidupkan untuk menambah kemeriahan kemenangan rakyat Mesir setelah pengumuman yang telah lama ditunggu-tunggu disampaikan oleh Omar Sulaiman.
Dua jembatan besar di sungai Nil dipenuhi dengan mobil-mobil terparkir, sedangkan masyarakat berkumpul dijalan-jalan kota Kairo. Kantor berita lokal Mesir melaporkan beberapa orang pingsan karena terlalu bahagia dan beberapa lainnya terkena serangan jantung.
Mubarok diberitakan sudah pergi meninggalkan Kairo dan menuju tempat tinggalnya di kota peristirahatan Sharm-el-Sheikh dekat Laut Merah. Sebelum berita gembira ini diumumkan, Mubarok sempat berpidato pada Kamis (10/2/2011) malam waktu setempat mengatakan ia takkan mundur namun mendelegasikan wewenangnya kepada Wakil Presiden.
Namun, pidato yang membuat rakyat Mesir semakin geram membuat Mubarok semakin terpojok dan akhirnya menyerah pada tuntutan rakyat Mesir. Implikasi dari turunnya Mubarok membuat pemerintah Swiss membekukan seluruh aset di Bank Swiss yang Mubarok dan keluarganya dapat dari praktek korupsi selama 30 tahun.
Pemimpin oposisi Muhamad Al Baradei mengatakan pada BBC, “Ini adalah hari terbaik sepanjang hidupku. Kau takkan mampu menggambarkan kebahagiaan dari semua rakyat Mesir terhadap restorasi kemanuasiaan dan kebebasan kami”. Walaupun demikian Al Baradei tetap memperingatkan bahwa masih banyak rintangan yang akan dihadapi Mesir kelak.
Juru bicara militer yang disiarkan salah satu televisi lokal Mesir mengungkapkan apresiasinya pada mantan presiden dan memberikan penghormatan pada korban yang berjatuhan selama tiga minggu ini. Organisasi Hak Asasi Manusia mencatat setidaknya 300 orang tewas dikarenakan bentrok yang terjadi antara satuan keamanan dengan demonstran yang anti Mubarok. Militer tidak akan mengambil hak rakyat untuk memutuskan kemana arah Mesir dan berjanji akan memberikan pemilihan umum yang adil.
Kemunduran Mubarok dirayakan di seluruh wilayah Arab. Di kota Gaza, ratusan orang turun kejalan dan menembakkan tembakan ke udara. Kembang-kembang api menghiasi kota Bierut ketika pengumuman Mubarok mundur dikumandangkan.
Akhirnya aspirasi rakyat Mesir untuk menumbangkan kekuasaan Mubarok sampai pada tujuan. Namun, yang sekarang harus dilakukan adalah mengadakan pemilihan umum yang berazazkan kejujuran dan keadilan. Seperti yang dikatakan Presiden Obama, “Rakyat Mesir telah menyampaikan tuntutannya.
Suara mereka udah terdengar dan Mesir tidak akan sama lagi. Dengan meletakkan tampuk kekuasaan, Presiden Mubarok bereaksi terhadap tuntutan perubahan yang sangat diinginkan rakyat Mesir, namun ini bukan akhir transisi Mesir. Ini permulaan”. Presiden Obama juga menambahkan bahwa pihak yang berwenang di Mesir harus melindungi hak-hak rakyat Mesir, menghapus undang-undang darurat, merevisi perundang-undangan.
http://internasional.tvone.co.id/berita
0 komentar:
Posting Komentar